Saturday, September 26, 2020

Bertanam Kangkung di Hati


 Setidaknya waktu Sekolah Menengah saya pernah beternak kelinci, tahun 2000 an awal. Kelinci itu didapat dari membeli, ketika melihat bentuk dan warna yang menarik lalu  membawanya pulang ke rumah, membuat kandang dengan bentuk rumah kecil dari kayu. Bukan sebab punya duit lalu pakai bahan kayu, kebetulan selain petani ayah saya adalah tukang kayu. Limbah kayu dimanfaatkan sebagai dinding kandang dan atapnya memakai genteng beneran. Lalu yang membuat hari saya berwarna adalah ngarit. Mencari pakan bagai peliharaan seperti sunnah bagi peternak. Keasyikan dan romantika mencari ini seperti rutinitas yang membuat bosan, dan kadang ngangenin.  

Sebab kelinci suka kangkung, begitu anggapan saya waktu itu. Bisa tiga hari sekali pada mulanya ngarit mencari kangkung. Pekerjaan mencari ini sebab saya tak menanamnya. Tanaman kangkung sebenarnya mudah ditemui. Kangkung yang tumbuh di air dan memiliki bunga putih. Bunganya seperti terompet dengan di tengahnya warna ungu. Bagi saya warna ini begitu cantik, tetapi dengan tega saya memutus keindahannya. Membuat kangkung meregang hidup, pasrah dengan kuasa tangan dan ambisi demi keberlangsungan pertumbuhan kelinci saya. Tentu masih ada halangan jika ngarit di sungai, rawa, atau yang berair. Di lahan tersebut bisa saja ada ular, yang tentu ular yang beraneka macam dengan bisanya- mengancam kaki, tangan, kalau perlu mengancam nyawa. Inilah mungkin yang membuat bosan dan membuat tak nyaman ketika ngarit.

Kelinci itu mudah berkembang, pakan yang mudah didapat, serta ruang kandang yang lega. Hanya sayang, sebab alasnya tanah tanpa plester maka kelinci membuat tempat persembunyian, membuat rongga tanah dan menjalar ke segala arah. Tanah menjadi tak beraturan dan ini yang membuat tidak nyaman. Salah satu jalan kemudian harus membuat kandang dengan panggung. Dan kandang ini bukan tanpa hambatan. Memang segala sesuatu tak ada yang mulus, ...

Baiklah sebenarnya saya hanya ingin menyampaikan tentang kangkung, tanaman ini yang mudah tumbuh dengan kadar air yang harus ada. Sebenarnya, setelah saya mencari tahu dikemudian hari  ada kangkung darat, tetapi saya belum pernah sekali menemukan. Mungkin sudah tidak valid, membayangkan kangkung yang ditanam ditegalan atau bahkan kebun menjadi sulit untuk digambarkan. 

Setelah berjalan tahun, dan kemudian ada kehidupan yang lain. Bertanam kangkung menjadi trend petani modern. Saya menyebut petani ini modern sebab bertani hanya hobi dan menyalurkan naluri. Media yang dipakai juga sederhana, tak berjalan jauh dari dapur dan kasur. Mereka bisa menanamnya di garasi, di atas cucian piring atau diroftoop. Cara tanam Kangkung modern sungguh membuat bahagia, tanpa target, tanpa berpikir gagal. Ketika panen bisa dimasak, dibagi ke tetangga, dan yang pasti bisa buat konten swaphoto. Bertanam kangkung bisa menjadi bahagia, berbagi di laman jejaring sosial dengan senyum

Dengan uang sepuluh ribu sudah mendapat 500 biji bibit. Tentu perlu menyemai, menanamnya, merawatnya, menyirami dan memberi nutrisi. Pelbagai teknik bisa dengan mudah dicari dengan gawai di tangan. Angan itu mudah. Bertanam kangkung sangat mudah. Bertanam mudah itu dengan hati riang, bahan pokok tersedia, tabungan ada, keluarga tak sehat tak ada yang sakit. Maka bertanamlah kangkung, menyemai bibit untuk belajar bahagia.

Adakah kebahagian lahir dari keterpaksaan?

selamat menikmati bahagia dengan Kangkung.

Chandra Baru, 27 sept 2020 

  

No comments:

Post a Comment

Palemboko, tempat nyaman penuh pesona

Tak ada habisnya, tempat yang nyaman selalu dicari. Waktu luang, dipergunakan untuk mencari hiburan, menenangkan pikiran, kenyamanan  dan me...