Friday, October 30, 2020

Oktober, Bintaro, dan Merawat Luka

Bukan sebab kebetulan, ketika menulis blog ini pada tanggal 16 October tidak berani melanjutkan. Rasanya kok bergemuruh, menyingkap sejarah luka itu membuka kepedihan. Oktober di Bintaro adalah peristiwa lalai, perayaan tangis ketika besi beradu besi.
Hingga mula, ketika dulu ngefans sama iwan fals, judul lagu 1910 adalah belum ngeh, ketika sudah tidak ngefans lagi baru menautkan dengan lokasi kecelakaan senin kelam itu terjadi. Senin yang penuh males Dan semangat. Kereta itu beradu, dan tahun 1987 Bintaro dicatat sejarah.

Baiklah, Bintaro kemudian menjadi jajahan wilayah saya mengais roda karet. Wilayah Bintaro yang konon pada mulanya kota mandiri. Dibangun tahun 1979, perluasan Jakarta Selatan dan kini bersambung dengan Tangerang Selatan. Kota yang menjadi kota Taman yang nyaman jika kau mendiaminya.

Lalu apakah tragedi Oktober menjadi sebuah pembelajaran, sebagai penikmat laju besi di rel, kereta menjadi pilihan transportasi. Kereta itu panjang, tempat duduk banyak, dan tentang ketepatan waktu.

Jauh sebelum Jonan menertibkan kereta api. Suasana kereta adalah gambaran kehidupan masyarakat kecil. Ada hilir mudik pedagang, tukang kopi, nasi, gotengan, dan oleh-oleh khas daerah. Inilah uang kemudian membuat kereta menjadi tempat nyaman.

Dan apakah tragedi Bintaro sebuah gambaran masyarakat kita. Petugas yang lalai, penumpang yang ndugal, dan aturan yang amburadul. Semoga keluarga korban srnantiasa istiqomah. Itu saja. 

No comments:

Post a Comment

Palemboko, tempat nyaman penuh pesona

Tak ada habisnya, tempat yang nyaman selalu dicari. Waktu luang, dipergunakan untuk mencari hiburan, menenangkan pikiran, kenyamanan  dan me...