Ketika
engkau membaca cerita ini mungkin saja aku sudah di tengah laut dalam
perjalanan ke pulau seberang, tentu hanya aku dan kamu yang tahu di mana pulau
tujuan itu. Kita pernah bersitegang dengan tempat tujuan ini. Pulau ini memang
tak memiliki keindahan, tetapi berulangkali aku mengatakan aku ke sini bukan
untuk bersenang-senang, menikmati keindahan, lalu mengekalkan dalam sebuah
cerita. Ketika sejak kecil aku bercita-cita menjadi penulis, dan mengisahkan
yang terlihat, dan untuk tempat ini aku tak akan menceritakan.
Tempat
ini begitu special bagiku, sayang. Tak ada yang melebihi keindahan dan memory
yang tertancap di kenangan. Memang ketika yang lain menganggap pulau ini
menjadi neraka, pulau ini menyimpan ari-ari. Dan melupakan pulau ini sama saja
melupakan sejarah. Siapa yang sudi lepas sejarah, dan menjadi manusia fakir
sejarah.
Maka
aku datang, sayang. Menatapi rumah tua, jalanan penuh rumputan, dan kelindan
masa kecil yang berkejaran di sekitar perdu bamboo kuning. Aku ingat segalanya.
Ingat derita, fitnah. Dan yang paling teringat adalah senyum ayah dan ibu dalam
genangan darah. Mungkin ini kepulangan terakhir, bisa jadi aku tak akan
meninggalkannya lagi. Dan semoga engkau masih bersedia menemaniku di rumah ini,
walau keinginan itu hanya beberapa porsen saja.
No comments:
Post a Comment