Kenapa kita tiba-tiba
selalu meributkan sesuatu hal. Apakah sebab kita memang setiap hari merasa
lebih pandai, lebih berpengetahuan, lalu satu hal akan menjadi sebuah
perdebatan. Apakah memang satu manfaat kita belajar adalah soal perdebatan,
menjadikan diri menjadi lebih daripada manusia yang lain, atau lebih dari
makhluk yang lain. Pernah ingat sebuah ayat, yang membedakan diantara kita
adalah Takwa, dan ukuran takwa bukanlah memakai standar ataupun indicator.
ALLAH yang memiliki segala.
Isu kontemporer adalah
isu menyesatkan, berita terkini adalah berita dalam tataran pikiran dan
pengetahuan. Pernah ingat cerita Nabi Muhammad mendapat cahaya pertama, wahyu
pertama turun kepada manusia pilihan. Bukan manusia berpengetahuan, apalagi
manusia yang merasa pandai secara ilmu. Manusia yang dengan seganap jiwa dan
hati untuk dekat kepada ALLAH. Maka ALLAH memilii hak untuk memberinya sebuah
cahaya, penerang. Cahaya diri yang sebenarnya juga untuk mencahayai sekitarnya,
mencahayai umat agar segera lepas landas dari jaman jahiliyah.
Kalau hari ini isu
langgam pembacaan ayat-ayat yang turun pada ribuan tahun itu menjadi monster
dalam pikiran dan akal, trus engkau akan mendapatkan apa. Apakah pengetahuan
diri lebih berari kepada usaha mendekatkan diri kepada pemilik. Apakah kau
merasa setiap suara dari bumi sampai ke langit. Bukankah nabi Muhammad
bercahaya dulu baru sampai ke langit, begitu juga dengan bacaan kalam-kalam
itu. Apakah sampai ke langit. Bisa jadi
ia hanya membuat telingamu terkagum dengan suaranya, tanpa mau menaikkan ke
langit. Apakah walau bacaan benar, sesuai ini, itu lalu sampai ke langit. Jangan
percaya kepada teori ilmuwan pengetahuan yang senantiasa menganggap ALLAH
adalah makhluk sehingga selalu menyamakan dalam perkiraan pikir dan akal
mereka. Suara dari hati, dengan lemah lembut, mungkin saja. Trus bacaan bagus,
benar dan berlanggam langgam itu apakah sampai ke langit, sedangkan setelah itu
menerima bayaran?
No comments:
Post a Comment