Apakah
takbir yang sudah dilantangkan dari semalam adalah serupa peluru untuk mengusik
sebuah pendirian. Mudik atau tetap tinggal. Mudik konon dalam sebuah dongeng
yang hampir milenial adalah sebuah gerakan untuk pulang kembali ke desa. Pulang
tetaplah pulang dan kembali adalah sebuah kata kerja yang bisa berdiri sendiri,
apakah mereka pulang atau kembali itu adalah hak mereka. Mereka mungkin sedang
menjalani niat sebagai manusia yang modern. Yang setia merawat masa lalu dan
tetap membawa masa yang kini. Dan saya
tetap tak mudik, masih tinggal di kota orang, dan yang mungkin kelak
menjadi kotaku.
Pulang
tetaplah ke rumah, rumah dalam artian sebuah tempat yang telah merawat masa
kecil, menumbuhkan pikiran kecil dan telah menumbuhkan mereka menjadi pikiran
besar. Pikiran kecil tetaplah harus dijaga, maka mereka akan pulang
menjemputnya. Bisa jadi pikiran kecil itu lebih baik dipilih daraipada tetap
selalu berpikiran besar. Maka mereka kembali, membutuhkan orang-orang yang telah berjasa
menumbuh dan merawat pikiran kecil, untuk merasai betapa dalam pikiran yang
besar mereka tetap mencoba hadir.
Pagi
sekali, ketika ayah Mistam sudah bersiap ke lapangan untuk sholat ied, sayapun
tegap bersiap. Lelaki yang sudah 96 tahun merasai dunia memang sering berangkat
sholat bareng saya jika saya tak mudik. Ayah, saya memanggilnya kelahiran
Makasar yang masih memiliki ketajaman berpikir dan ingatan itu harus memakai tongkat untuk menuntun langkah.
Saya kemudian merenung, mungkin saja yang mudik juga sepikiran dengan saya,
menuntun orang tua mereka yang telah menua menuju lapangan. Mengantar orang tua
yang telah berjasa dengan mobil atau motor yang pada hari ied pasti akan
terlihat sebagai sebuah pawai. Saya teringat tahun lalu ketika mudik, ke alun
alun Sukoharjo yang dari rumah sekita 1,5 kilometer saya seperti sedang
berjalan kaki sendiri. Tetangga dan beberapa teman yang kebetulan memiliki kendaraan
tetaplah santai melaju, sendirian dan tak membawa orang tua mereka.
Kesucian
jiwa dan hati yang telah disepuh dengan ketakwaan selama sebulan semoga
menjadikan kita sebagai manusia yang beradab. Adab tetaplah lebih di atas
segalanya. Bolehlah engkau memiliki ilmu yang luas, pangkat yang tinggi, adab
tetaplah menjadi dinomorsatukan.
Kadang
saya sendiri bingung mau nulis apa, tetapi ini pelajaran menulis saya yang
kedua....
1
syawal 1440 H, CHANDRA BARU
No comments:
Post a Comment